Metodologi Studi Islam

Metodologi Studi Islam
“Pendekatan
Normatif”

DI SUSUN OLEH:



DOSEN PEMBIMBING
Dr.
Zubaedi,M.Ag, M.Pd
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) BENGKULU
2011
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan-Nya sehingga tugas
Makalah yang berjudul “Pendekatan Normatif” ini dapat penulis
selesaikan. Makalah ini penulis buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas
kelompok yang diberikan dosen pebimbing.
Dalam kesempatan ini, penulis
menghaturkan terimakasih yang dalam kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas ini sebagai tugas kelompok dan bahan pembelajaran bagi
penulis. Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini yang sangat penulis hargai,
penulis mengucapkan terimakasih.
Bengkulu,
03 Januari 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... iii
B. Rumusan Masalah................................................................... iii
B. Tujuan ................................................................................. iii
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Normatif................................................... 1
B. Pembagian Pendekatan Normatif ................................................. 1
B.1. Pendekatan Misionaris Tradisional.......................................... 1
B.2. Pendekatan Apologetik........................................................ 1
B.3. Pendekatan Irenic (Simpatik)................................................ 2
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 4
B. Saran ................................................................................... 4
Daftar Pustaka
BAB
I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Islam
telah menjadi kajian yang menarik minat banyak kalangan . Studi keislaman pun
semakin berkembang. Islam tidak lagi dipahami hanya dalam pengertian historis
dan doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks. Islam tidak hanya
terdiri dari rangkaian petunjuk formal tentang bagaimana seorang individu harus
memaknai kehidupannya. Islam telah menjadi sebuah sistem budaya, peradaban,
komunitas politik, ekonomi dan bagian sah dari perkembangan dunia. Mengkaji dan
mendekati Islam, tidak lagi mungkin hanya dari satu aspek, karenanya dibutuhkan
metode dan pendekatan interdisipliner. Kajian agama, termasuk Islam, seperti
disebutkan di atas dilakukan oleh sarjana Barat dengan menggunakan ilmu-ilmu
sosial dan humanities, sehingga muncul sejarah agama, psikologi agama,
sosiologi agama, antropologi agama, dan lain-lain.
Dalam
perjalanan dan pengembangannya, sarjana Barat bukan hanya menjadikan masyarakat
Barat sebagai lapangan penelitiannya, namun juga masyarakat di negara-negara
berkembang, yang kemudian memunculkan orientalisme. Bahkan oleh Muhammad Abdul
Raouf, Islamic Studies disebut dengan oriental studies. Sarjana Barat
sebenarnya telah lebih dahulu dan lebih lama melakukan kajian terhadap fenomena
Islam dari pelbagai aspek: sosiologis, cultural, perilaku politik, doktrin,
ekonomi, perkembangan tingkat pendidikan, jaminan keamanan, perawatan
kesehatan, perkembangan minat dan kajian intelektual, dan seterusnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pendekatan
normatif dan apa kaitannya dengan pendekatan teologi?
2. Barapa klasifikasi dalam pendekatan
normatif ?
C. Tujuan



BAB II
Pembahasan
C. Pengertian Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif adalah suatu upaya memahami agama dengan
menggunakan kerangka ilmu ketuhananyang bertolak dari suatu keyakinan bahwa
suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang
lainnya. Selain itu pendekatan ini memendang agama dari segi ajarannyayang
pokok yang asli dari tuhan yang di dalamnya belum terdapat penalaran manusia,
dan merupakan kebenaran mutlak dai tuhan, tidak ada kekurangan sedikitpun dan
tampak bersikap ideal.
Amin Abdullah mengatakan bahwa teologi tidak pasti memacu
kepada agama tertentu. Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan
dedikasi yang tinggi, serta penggunaan bahasa yang bersifat subjektif, yakni
bahasa sebagai pelaku bukan sebagai pengamat adalah merupakan cirri yang
melekat pada bentuk pemikiran teologis.[1]
Pendekatan teologis dalam pemahaman keagamaan adalah
pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau symbol-simbol keagaman yang
masing-masing bentukforma atau symbol-simbol keagamaan tersebut mengkalaim
dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lainnya adalah salah.dengan
mengangap yang lain salah sehingga yang terjadi adalah pemisahan dan
terkotak-kotak.[2]
Dalam kaitan ini amin Abdullah mengatakan yang menarik perhatian sekaligus
perlu dikaji lebih lanjut adalah mengapa ketika form keagamaan manusia
telah terpecah dan termanifestasikan dalam wadah formal teologi atau agama
tertentu, lalu wadah tersebut menuntut bahwa hanya kebenaran yang
dimilikinyalah yang paling unggul dan paling benar.fonemena inilah yang disebut
mengklaim kebenaran.
Berkenan dengan pendekatan teologi tersebut Amin Abdullah
mengatakan bahwa pendekatan teologi semata-mata tidak dapat memecahkan masalah
esensial pluraritas agama saat sekarang ini. Terlebih lagi kenyataan yang
demikian harus di tambah, bahwa doktrin teologis pada dasarnya memang tidak
pernah berdiri sendiri, terlepas dari jaringan institusi atau kelembagaan
social kemasyarakan yang mendukung keberadaannya.
Dengan keterlibatan institusi dan pranata social
kemasyarakatan dalam wilayah keberagamaan manusia itulah yang menjadi bahan
subur bagi peneliti agama. Kemudian muncul trobosan baru untuk melihat
pemikiran teologi yang termanifestasi dalam budaya tertentu secara lebih
objektiflewat pengamatan empiric factual serta pranata-pranata social
kemasyarakatan yang lebih mendukung keberadaannya.[3]
Sikap ekskusifisme teologis dalam memandang perbedaan dan
pluralitas agama dapat merugikan bagi agama-agama yang lainnya bukan hanya itu
bahakan dapat merugikan diri sendiri karena sikap semacam itu sesungguhnya
mempersempit masuknya kebenaran-kebenaran baru yangbisa membuat hidup lebih
lapang dan lebih kaya dengan nuansa. Kemungkinan besar sebuah agama mengalami
deviasi atau penyimpangan dalam doktrindan praktinya.tetapi arogansiteologis
yang memandang agama lain sebagai sesat sehingga harus dilakukan pertaubatan
dan jika tidak berarti pasti masuk nerakamerupakan sikap yang jangan-jangan
malah menjauhkan dari substansi sikap keberagamaan yang seba kasih dan santun
dalam menajak kepada jalan kebenaran.[4]
D. Pembagian Pendekatan Normatif
1.
Pendekatan
Misionaris Tradisional
Pendekatan ini muncul dan digunakan pada abad ke-19 pada
saat semaraknya aktivitas misionaris di kalangan gereja dan sekte Kristen dalam
rangka merespon perkembangan pengaruh politik, ekonomi dan militer negara Eropa
di beberapa bagian Asia dan Afrika. Para misionaris tertarik mengetahui dan
mengkaji Islam dengan tujuan untuk mempermudah meng-kristen-kan orang beragama
lain(proselytizing). Metode yang digunakan adalah komperatif antara keyakinan
Islam dengan keyakinan Kristen yang senantiasa merugikan Islam. Harus diakui
konstribusi para misionaris adalah sebagai konstributor awal untuk pertumbuhan
ilmu Islam.
2.
Pendekatan
Apologetik
Ciri
dan karakter pemikiran Muslim pada abad ke-20 adalah pendekatan apologetik.
Pendekatan apologetik muncul sebagai respon umat Islam terhadap situasi modern.
Di hadapkan pada situasi modern, Islam ditampilkan sebagai agama yang sesuai
dengan modernitas, agama peradaban seperti peradaban Barat. Pendekatan
apologetik merupakan salah satu cara untuk mempertemukan kebutuhan masyarakat
terhadap dunia modern dengan menyatakan bahwa Islam mampu membawa umat Islam ke
dalam abad baru yang cerah dan modern. Tema seperti ini menjadi fokus kajian
para penulis buku dari kalangan Islam atau Barat seperti Sayyid Amir Ali dengan
bukunya The Spirit of Islam (1922), W.C. Smith, Modern Islam in India (1946),
dan Islam in Modern History (1957).
Konstribusi
para pengkaji Islam dengan pendekatan apologetik tersebut adalah melahirkan
pemahaman tentang identitas baru terhadap Islam bagi generasi Islam dan
terbentuknya kebanggaan yang kuat bagi mereka. Kajian apologetik ini telah
dapat menemukan kembali berbagai aspek sejarah dan keberhasilan Islam yang
sempat terlupakan oleh masyarakat. Hasilnya dapat dilihat dalam banyak
aktivitas penelitian dan karya tulis yang menekankan pada warisan intelektual,
kultural, dan agama Islam sendiri.
Seperti
halnya misionaris yang tertarik mengkaji Islam, gerakan apologetik ini memiliki
beberapa karakteristik. Oleh karena apologetik lebih concern pada bagaimana
menampilkan Islam dalam performance yang baik, maka mereka sering terjebak
dalam kesalahan yang tidak mengindahkan nilai keilmuan. Pendekatan apologetik sering
menghasilkan literatur yang mengandung kesalahan dalam bentuk distorsi,
selektivitas dan pernyataan yang berlebihan dalam menggunakan bukti, sering
menampilkan sisi romantisme sejarah dan keberhasilan ummat Islam, dan kesalahan
dalam melakukan analisis perbandingan, serta disemangati oleh sifat atau
karakter tendensius. Kegagalan para apologis Muslim modern adalah melakukan
kajian Islam dengan motif dan tujuan untuk mempertahankan diri dan bukan untuk
tujuan ilmiah.
3.
Pendekatan
Irenic (Simpatik)
Sejak
perang dunia II telah berkembang gerakan yan berbeda di dunia Barat yang
diwakili oleh kelompok agama dan universitas. Gerakan tersebut bertujuan
memberikan apresiasi yang besar terhadap keberagamaan Islam dan memelihara
sikap baru terhadap Islam. Upaya tersebut dalam rangka menghilangkan sikap
negatif Kalangan Barat Kristen seperti prasangka, perlawanan, dan merendahkan
terhadap tradisi Islam. Pada waktu yang bersamaan terjadi dialog dengan orang
Islam dengan harapan membangun jembatan bagi terwujudnya sikap saling simpati
antara tradisi agama dan bangsa. Pendekatan ini tetap memperoleh kritikan dari
kalangan intelektual, mereka menghadapi kesulitan luar biasa dalam mempererat
hubungan dengan orang Islam disebabkan kecurigaan di kalangan Muslim pada masa
lampau.
Salah
satu contoh pendekatan irenic dalam studi Islam adalah karya Kenneth Cragg.
Melalui beberapa karya yang ditulis, Cragg menunjukkan kepada Kristen Barat
beberapa unsur keindahan dan nilai keberagamaan yang menjiwai tradisi Islam,
dan kewajiban orang Kristen adalah terbuka atau menerima hal tersebut. Cragg
mampu menggambarkan bahwa Islam memperhatikan banyak problem dan isu yang juga
fundamental menurut umat Kristen. Inti pesan Cragg adalah makna iman Islam
adalah terealisasi dalam pengalaman Kristiani. Namun, dalam analisis akhirnya,
Cragg tetap terpengaruh keyakinan Kristennya, bahkan ia mengatakan bahwa orang
Islam harus menjadi Kristen dan hanya dengan cara demikian, orang Islam menjadi
Islam kaffah. Konstribusi karya Cragg adalah bermanfaat untuk memberantas
pandangan negatif terhadap Islam yang berkembang luas di kalangan Barat. Contoh
lain pendekatan irenic diterapkan oleh W.C. Smith, terutama dalam karyanya The
Faith of Other Men (1962) dan artikelnya berjudul “Comparative Religion,
Whither and Why?”(1959). Hal utama yang ditampilkan dalam tulisan Smith adalah
memahami keyakinan orang lain dan bukan untuk mentransformasikan keyakinan itu,
atau dengan motif penyebaran agama. Dengan memilih Cragg dan Smith sebagai
contoh penggunaan pendekatan irenic dalam studi Islam, Adams tidak bermaksud
mengabaikan akademisi lain yang dapat dikategorikan dengan mereka berdua
seperti Montgomery Watt, dan Geoffrey Parrinder.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di
atas dapat di simpulkan bahwa pendekatan normatif adalah suatu upaya memahami agama dengan
menggunakan kerangka ilmu ketuhananyang bertolak dari suatu keyakinan bahwa
suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang
lainnya.
2 Komentar:
daftar pustaka nya mana gan ?
Online Casino » $300 No Deposit Bonus + 200 FS (Dec 2021)
It is no surprise that casino-level 인카지노 gambling is more commonly known to a large population. It 바카라 is also หารายได้เสริม an online sportsbook that was designed to provide online
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda